di Genezaret, kau temui nelayan
ini dengan jemari jala penuh lumpur
ketika matamu sampai ke jantung
kemari, ikutlah bersamaku kujadikan
kau penjala manusia ucapmu
jangan menatapku dengan kasihmu anak
dari kekudusan dan penghambaan sebab
sedianya kulit kapuk terbelahlah jua
dadaku
II
kini kusangkal kau dalam detik
waktu yang runtuh dan tercecer
di sepanjang bukit pada pucuk kokok
ayam
juga bukanlah laut tempat ombak biasa
menerkam yakinku. sebab lidah-lidah api dari
roh kudus sampai juga di kening para nabi
apakah kau bersama orang Galilea itu
III
maka salibkan aku, dengan
tiang palang terbalik sebagaimana pijak
kaki tak mesti di bumi karena arah jejak
mestilah meninggi
biar mereka tergoncang iman dan maut
memburu di larik sumsumku sungguh
tak ada debu dalam dadaku yang berkata
tidak pada hadirmu
tapi di sini, aku hanya penjala
dengan jemari yang terpisah ke
arah tanah
aku tidak mengenalmu
tidak untuk keyakinanku
Yogyakarta, 2011